Red: Erik Purnama Putra
Antara
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan dua ormas Islam terbesar di Tanah Air. Baik NU dan Muhammadiyah sama-sama sedang menyelenggarakan perhelatan lima tahunan. Muktamar NU ke-33 digelar di Jombang pada 1-5 Agustus, dan Muktamar Muhammadiyah ke-47 dihelat di Makassar pada 3-7 Agustus.
Ternyata, pendiri NU dan Muhammadiyah memiliki keterkaitan satu sama lain. KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan sama-sama menuntut ilmu dari guru yang sama.
Berikut penjelasan di akun Facebook Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Fahmi Salim tentang sepak terjang KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan dalam menegakkan Islam di Indonesia sejak sebelum bangsa ini merdeka, yang dikutip dari Ustaz Salim A. Fillah:
Menyambut Muktamar NU dan Muhammadiyah..
Sebuah bincang tentang 4 orang murid Syaikhana Cholil Bangkalan yang akan jadi tonggak dakwah Indonesia. Dari 4 orang murid Syaikhana Cholil itu, NU, Muhammadiyah,MIAI dan Masyumi terpondasi.
1. Awal 1900-an 4 murid tamatkan pelajarannya pada Kyai Cholil di Bangkalan Madura. Menyeberangi selat, 2 ke Jombang, 2 ke Semarang.
2. Dua murid yang ke Jombang, 1 dibekali cincin (kakek Cak Nun), 1 lagi KH Romli (ayah KH Mustain Romli) dibekali pisang mas.
3. Dua murid yang ke Semarang; Hasyim Asy'ari & Muhammad Darwis, masing masing diberi kitab untuk dingajikan pada Kya Soleh Darat.
4. Kyai Soleh Darat adalah ulama terkemuka, ahli nahwu, ahli tafsir, ahli falak; keluarga besar RA Kartini mengaji pada beliau. Bahkan atas masukan Kartini-lah, Kyai Soleh Darat menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa agar bisa difahami.
5. Pada Kyai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis (yang kemudian berganti nama jadi Ahmad Dahlan) belajar tekun dan rajin,lalu 'diusir'. Kedua sahabat itu; Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan diperintahkan Kyai Soleh Darat segera ke Mekkah untuk menlanjutkan belajar.
7. Tentu riwayat jalan berilmu mereka panjang. Saya akan melompat pada kepulangan mereka ketanah air & gerakan nan dilakukan.
8. Hasyim Asy'ari pulang ke Jombang. Disana kakek Cak Nun (yang maafkan saya terlupa namanya) menantinya penuh rindu. Kakek Cak Nun nan 'sakti' inilah yang menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng untuk didirikan pesantren.
9. Hasyim Asy'ari dia mohon agar mulai berkenan mulai mengajar disitu. Beliau membuka pengajian 'Shahih Al Bukhari' disana.
10. Fahamlah kita, satu satunya orang yang bisa bujuk Gus Dur keluar istana saat impeachment dulu ya Cak Nun. Ini soal nasab
11. Saat disuruh mundur orang lain, Gus Dur biasanya jawab: "saya kok disuruh mundur, maju aja susah, harus dituntun!". Tapi Cak Nun tidak menyuruhnya mundur. Kata beliau "Gus,koen wis wayahe munggah pangkat!" Sudah saatnya naik jabatan!".
12. KH Romli Tamim yang juga di Jombang mendirikan pesantren di Rejoso, kelak jadi pusat Thariqoh Al Mu'tabarah yang disegani.
13. Kembali ke Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari, CATAT INI : beliaulah orang yang menjadikan pengajian hadist penting & terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai ponpes Tebuireng-nya dengan kajian Shahih Al Bukhari, umumnya ponpes cuma ajarkan tarekat.
14. Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kyai Hasbullah, Tambakberas. Putra Kyai Hasbullah, Abdul Wahab kelak jadi pendiri organisasi islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh :NU. Konon selama KH Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan Al-Quran 100 kali diperdengarkan pada si janin.
15. Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH Bisyri Syamsuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau (ibu Gus Dur).
16. KH Bisyri Syansuri juga beriparan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU; Tambakberas - Tebuireng - Denanyar.
17. Satu waktu ada santri Hadratusy Syaikh melapor, dari Yogyakarta ada gerakan yang ingin memurnikan agama & aktif beramal usaha. "O kuwi Mas Dahlan", ujar Hadratusy Syaikh "Ayo padha disokong"!". Itu Mas Dahlan, ayo kita dukung sepenuhnya.
18. KH Ahmad Dahlan sang putra penghulu keraton itu amat bersyukur. Beliau kirimkan hadiah. Hubungan kedua keluarga makin akrab.
19. Sampai generasi ke-4, putra putri Tebuireng yang kuliah di Yogya selalu kos di keluarga KH Ahmad Dahlan Kauman (Gus Dur juga).
20. Sebagai bentuk dukungan pada perjuangan KH Ahmad Dahlan, Hadratusy Syaikh menulis kitab 'Munkarat Maulid Nabi wa Bida'uha', bagi Hadratusy Syaikh, itu banyak bid'ah & mafsadatnya. UNIK: satu satunya Kyai NU yang tidak diperingati HAUL nya ya beliau.
21. Ketika akhirnya gesekan makin sering terjadi antara anggota Muhammadiyah vs kalangan pesantren, Hadratusy Syaikh turun tangan. "Kita & Muhammadiyah sama. Kita Taqlid Qauli (mengambil PENDAPAT 'ulama Salaf'), mereka Taqlid Manhaji (mengambil METODE)".
22. Tetapi dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah, para murid menghendaki kalangan pesantren pun terorganisasi baik. NU berdiri. Direstui Hadratusy Syaikh, Abdul Wahab Hasbullah & rekan berangkat ke Mekkah menghadap raja Saudi sampaikan aspirasi Madzhab. Kepulangan mereka disambut Hadratusy Syaikh dengan syukur sekaligus meminta untuk terus bekerjasama dengan Muhammadiyah.
23. Atas prakarsa Hadratusy Syaikh, KH Mas Mansur -Muhammadiyah- & tokoh lain, terbentuklah Majlisul Islam A'la Indunisiya (MIAI).
24. Mengapa kisah Khalil dari Bangkalan & murid muridnya penting? Agar terjaga fikiran, lisan & perkataan kita yang mengaku pewaris dakwah hari ini.
25. Yang tidak memahami sejarah, nasab keluarga & sanad ilmu akan kesulitan memahami & membawakan dakwah pada kalangan tertentu.
26. Jika kini sebagian santri yang bernasab baik & bernasab ilmu itu jadi Liberal; naiflah memusuhi tanpa kelayakan untuk didengar kalangannya
Mungkin masih banyak
yang belum mengetahui bahwa organisasi bernama Muhammadiyah sebetulnya
lahir pada tanggal 12 Nopember 1912. Saat itu Muhammadiyah resmi di
dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Kemudian Muhammadiyah
mendapatkan surat izin pendirian persyarikatan pada tanggal 18 Nopember
1912 dari Kesultanan Yogyakarta. Setelah itu pada tanggal 20 Desember
1912, KH. Ahmad Dahlan mengurus izin kepada pemerintahan Hindia Belanda
agar Persyarikatan Muhammadiyah memiliki badan hukum yang resmi. Selang
dua tahun kemudian izin itu keluar tepatnya pada yanggal 22 Agustus
1914. Sadar akan pergerakan Muhammadiyah dalam pendidikan dan potensi
amal usaha lainnya, pemerintah Hinda Belanda hanya mengizinkan
Muhammadiyah bergerak hanya di daerah Yogyakarta. Untuk mengenang
jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan tersebut dan bertepatan dengan bulan
Nopember, maka penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa
serpihan-serpihan sejarah dari berbagai sumber untuk mengenang jasa-jasa
KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan. Semoga bisa bermanfaat terutama
untuk kaum muda dan bangsa Indonesia. KH. Ahmad Dahlan merupakan salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia. Bahkan diantara beberapa pahlawan
lainnya pasangan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan adalah pasangan
suami istri yang mendapatkan gelar pahlawan setelah Teuku Umar dan Cut
Nyak Dien. Sangat jarang sekali pasangan suami istri diberikan gelar
pahlawan nasional. Maka atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad
Dahlan, mereka diberikan gelar oleh pemerintah Indonesia sebagai
pahlawan nasional. KH. Ahmad Dahlan pada saat kecil dikenal dengan nama
Muhammad Darwis. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya
adalah KH. Abu Bakar, seorang khatib amin Masjid Gedhe Kesultanan
Yogyakarta. Ibunya, Siti Aminah pun adalah puteri seorang penghulu dari
Kesultanan Yogyakarta. Artinya Muhammad Darwis memang lahir dari
keluarga yang cukup berpendidikan dengan latar belakang pendidikan Islam
yang cukup kuat. Jika diruntut silsilah keluarganya, Muhammad Darwis
masih keturunan Syaikh Maulana Malik Ibrahim salah satu tokoh Wali
Songo. Lebih jauh lagi Muhammad Darwis memiliki garis keturunan dari
kanjeng Nabi Muhammad SAW, yaitu dari cucu Nabi bernama Hussain bin Ali
bin Abi Thalib. Darwis kecil memang sudah dikenal sebagai pribadi yang
supel. Bahkan jiwa kepemimpinannya sudah muncul sejak kecil. Dari tujuh
bersaudara, Darwis adalah anak laki-laki paling besar dan adik bungsunya
menjadi anak laki-laki terakhir dari Pasangan KH. Abu Bakar dan Siti
Aminah. Saudara Darwis lainnya adalah perempuan. Darwis kecil memang
dipersiapkan sejak dini sebagai pengganti ayahnya kelak menjadi imam
Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Maka pada usia 15 tahun pada tahun 1883,
Darwis dikirim ke Makkah dan belajar disana selama lima tahun. Saat
belajar di Makkah, Darwis mulai mengenal beberapa pemikiran-pemikiran
pembaharu tokoh-tokoh Islam dunia diantaranya adalah Muhammad Abduh,
Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Setelah lima tahun lamanya
menimba ilmu di Makkah, Darwis kembali ke tanah air pada tahun 1888.
Sepulang dari Makkah, Darwis mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan.
Nama Ahmad Dahlan diberikan oleh gurunya saat mendapatkan ijazah
kelulusan setelah belajar di Makkah. Sekembalinya di tanah air, kemudian
Ahmad Dahlan menikah dengan sepupunya sendiri Siti Walidah atau yang
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Saat itu umur Ahmad Dahlan baru
menginjak usia 21 tahun, sementara Siti Walida berusia 17 tahun. Dari
pernikahan tersebut Ahmad Dahlan dikarunia enam orang anak. Setelah
menikah Ahmad Dahlan juga berjualan batik. Karena mertuanya adalah
seorang pedagang batik selain dikenal sebagai penghulu di Kesultanan
Yogyakarta. Dalam bidang wirausaha Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai
pedagang yang handal. Beliau memiliki bakat berwirausaha seperti kanjeng
Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1896 kabar buruk pun datang, Ayahanda
Dahlan, KH. Abu Bakar meninggal dunia setelah sebelumnya Dahlan
ditinggalkan ibunya setahun setelah pernikahannya dengan Siti Walida.
Sepeninggal ayahnya, akhirnya Sultan mengangkat Ahmad Dahlan sebagai
Khatib Amin di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Saat itu usia Ahmad
Dahlan masih terbilang muda, 28 tahun. Disinilah KH. Ahmad Dahlan mulai
memberikan pembaharuan di tengah-tengah masyarakat Yogyakarta pada saat
itu. Dalam khutbah pertamanya di Masjid Gedhe Yogyakarta, KH. Ahmad
Dahlan dengan tegas dan berani melawan arus. KH. Ahmad Dahlan
menyampaikan ketidak setujuannya terhadap tradisi-tradisi yang sampai
sekarang pun masih ada di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan beranggapan bahwa
Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sehingga
tidak membuat penganutnya mempersulit dirinya sendiri dengan upacara dan
sesajen yang tidak pada tempatnya. Pengaruh-pengaruh tersebut ingin
dirubah oleh KH. Ahmad Dahlan. Melihat potensi yang begitu besar dari
sosok KH. Ahmad Dahlan, Sultan akhirnya mengirim kembali KH. Ahmad
Dahlan ke Makkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Pada kunjungannya yang
kedua ini sosok Syaikh Rashid Ridha lah yang banyak mempengaruhi
pemikiran Ahmad Dahlan tentang perjuangan Islam. Rashid Ridha
mengingatkan bahwa tradisi di belahan dunia manapun masih tetap ada,
bahkan seseorang bisa lebih taat pada tradsinya ketimbang agama yang
dianutnya. Pemikiran Rasyid Ridha ini mengingatkan penulis terhadap
salah satu guru penulis saat belajar di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
Yogyakarta. Guru tersebut bernama Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. Guru bidang
studi Hadis lulusan dari Madinah. Ia juga adalah alumnus Madrasah
Mu'allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Ustadz Ridwan saat itu menjelaskan
Bid'ah. Bid'ah itu bukanlah sesuatu yang selalu buruk. Karena ada juga
yang dinamakan dengan Bid'ah Hasanah. Bid'ah sendiri berarti sesuatu
yang baru. Contoh bid'ah hasanah adalah sendok. Sendok adalah sesuatu
hal yang baru. Sendok merupakan bid'ah, tapi bid'ah hasanah. Bid'ah
hasanah inilah yang ternyata ditunjukkan oleh KH. Ahmad Dahlan
sekembalinya dari tanah suci. Seperti dikisahkan dalam film sang
pencerah karya Hanung Bramantyo, KH. Ahmad Dahlan mulai banyak
mengenakan pernak-pernik orang-orang Belanda seperti mulai dari pakaian
hingga alas kaki berupa sandal. Meskipun KH. Ahmad Dahlan difitnah
berbagai macam hal namun KH. Ahmad Dahlan bergeming. Sesuatu yang baru
tidak selamanya buruk. Asal tidak bertentanggan dengan syariat Islam.
Saat itu mulai banyak teknologi yang dikembangkan oleh orang-orang
Eropa. Pada masa itu segala perkembangan teknologi dan kemajuan zaman
dianggap bid'ah dan tidak sesuai dengan Islam. Karena penciptanya
dianggap bukan golongan umat Islam. Namun, ternyata ada bid'ah hasanah.
Kemajuan teknologi yang bermanfaat tentunya bisa dikategorikan sebagai
bid'ah hasanah. Sikap Ahmad Dahlan yang melawan arus ini tentu saja
banyak di tentang dan menjadi sorotan beberapa ulama sepuh di Yogyakarta
pada saat itu. Yang fenomenal adalah perubahan posisi kiblat di Masjid
Gedhe Kauman Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan sadar bahwa posisi kiblat
Masjid Gedhe itu salah, kemudian KH. Ahmad Dahlan berusaha untuk
meluruskannya dengan ilmunya. Sayang usaha KH. Ahmad Dahlan dianggap
menyalahi aturan. KH. Ahmad Dahlan secara terang-terangan dianggap sudah
sesat dan keluar dari Islam pada masa itu. Hingga akhirnya untuk
menghindari konflik KH. Ahmad Dahlan mengundurkan diri sebagai Khatib
Masjid Gedhe Kauman Yogakarta. Akhirnya KH. Ahmad Dahlan mendirikan
langgarnya sendiri bersama murid-muridnya.
Selain sebagai seorang pedagang dan ulama, KH. Ahmad Dahlan juga adalah
seorang guru yang inovatif. Terbukti KH.Ahmad Dahlan mampu menghipnotis
murid-muridnya dengan permainan biolanya yang menawan. Amat sangat
jarang ditemui guru seperti KH. Ahmad Dahlan pada masanya. Akhirnya KH.
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan
cita-citanya untuk melebarkan sayap dakwah Islam yang rahmatan lil
'alamin. KH. Ahmad Dahlan berharap dengan didirikannya Muhammadiyah umat
Islam pada masa itu bisa kembali pada tuntunan agama yaitu Al-Quran dan
Al-Hadis. Bukan pada tradisi-tradisi yang mengekang dan menyulitkan
ummatnya. Saat itu KH. Ahmad Dahlan menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah
organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Muhammadiyah berdiri bukan tanpa rintangan. Cobaan dan ujian harus
dilalui oleh KH. Ahmad Dahlan dan keluarga. Cacian, fitnah dan ancaman
pembunuhan dihadapi dengan penuh kesabaran oleh KH. Ahmad Dahlan. Ini
juga yang dirasakan oleh Rasulullah SAW saat menyebarkan agama Islam di
masa-masa sebelum hijrah. Maka sebagai pengikut nabi Muhammad SAW, KH.
Ahmad Dahlan tak khawatir karena perjuangan Rasulullah SAW pun lebih
perih dan pedih dari apa yang diterima oleh KH. Ahmad Dahlan saat itu.
Penulis kembali teringat pesan KH. Drs. Muchtar Adam, Pimpinan dan
Pendiri Pesantren Al-Quran Babussalam, Bandung. Beliau mengatakan "Jika
kamu tinggal di sebuah daerah dan belum ada fitnah kepadamu maka
tinggalkanlah tempat itu. Tapi jika ternyata ditempat itu kamu
mendapatkan fitnah maka tetaplah bersabar dan hadapi dengan penuh
ketabahan, karena kamu akan sukses berada di tempat itu." KH. Drs.
Muchtar Adam pun merasakan hal yang sama seperti KH. Ahmad Dahlan.
Lulusan Sastra Arab IKIP Bandung ini pun berkali-kali mendapatkan fitnah
dan cobaan saat mendirikan Pesantren Al-Quran Babussalam hingga saat
ini. Namun, Ia bergeming. Ia terus melanjutkan perjuangan dan berdakwah
didaerah Bandung Utara hingga akhirnya mengantarkan pada puncak karir
sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI tahun 1999-2004. Putra
Selayar ini pernah belajar di MMT Kauman, Yogyakarta. Salah satu anak
panah Muhammadiyah yang pernah berguru langsung pada tokoh-tokoh
Muhammadiyah saat menimba ilmu di Yogyakarta. Sumbangsih Muhammadiyah
terhadap negara ini tidak bisa dipandang sebelah mata terutama dalam
bidang Pendidikan. Bukti bahwa Muhammadiyah lahir di pelosok-pelosok
desa tercermin dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel
tersebut juga sudah pernah di filmkan dengan judul yang sama oleh Mira
Lesmana dan Riri Riza. Bahkan mendapatkan beberapa penghargaan di luar
negeri. Sebuah sekolah dasar Muhammadiyah di Gantong, Belitong mampu
melahirkan maestro hingga bisa melanjutkan pendidikan di Paris.
Muhammadiyah tidak hanya bergerak di bidang pendidikan. KH. Ahmad Dahlan
memahami salah satu surat dalam Al-Quran yaitu surat Al-Maun dengan
mendirikan panti asuhan, masjid dan musholla di berbagai tempat.
Ayat-ayat dalam Al-Quran bukan hanya sebagai bacaan, tapi diharapkan
bisa diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan. Dan KH. Ahmad
Dahlan menjadikan dasar Surat Al-Maun ini sebagai ruh gerakan awal
Muhammadiyah dalam berdakwah. "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan
orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan
enggan (menolong dengan) barang yang berguna." (Al-Maun) Bukan hanya
sampai disitu saja. KH. Ahmad Dahlan juga memahami surat An-Nahl ayat 93
sebagai dasar untuk mendirikan Aisyiyah bersama istrinya Siti Walidah
atau lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan
menyadari bahwa kedudukan antara laki-laki dan perempuan tidaklah
berbeda, keduanya sama-sama memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
berdakwah. Berdirinya Aisyiyah kembali menguatkan posisi Muhammadiyah
sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Bahkan
pendidikan usia dini sudah dimulai sejak Aisyiyah didirikan. Sebuah
pemikiran yang melampaui kemampuan organiasasi perempuan pada masanya.
Siti Walida memang termasuk perempuan yang cerdas. Bahkan setelah
menikah dengan KH. Ahmad Dahlan, pergaulan Siti Walidah menjadi sangat
luas karena banyak berkenalan juga dengan tokoh-tokoh nasional pada saat
itu. Satu hal yang tidak banyak dibicarakan adalah KH. Ahmad Dahlan
pernah menikah dengan tiga orang perempuan lain selain Siti Walidah
dengan alasan-alasan tertentu. Istri yang kedua adalah Ray Soetidjah
Windyaningrum atau lebih dikenal sebagai Nyai Abdullah. Dari Nyai
Abdullah ini KH. Ahmad Dahlan mendapatkan seorang keturunan. Dan pada
akhirnya Nyai Abdullah pun memutuskan untuk bercerai dengan KH. Ahmad
Dahlan. Istri yang ketiga adalah adik dari Kyai NU di Krapyak
Yogyakarta. Kyai Krapyak menghendaki KH. Ahmad Dahlan menikahi adiknya
Nyai Rum. Pernikahan ini juga bukan hanya pernikahan antar dua insan,
tetapi juga pernikahan antara dua organisasi besar yaitu Muhammadiyah
dan NU. Tapi, KH. Ahmad Dahlan tidak mendapatkan keturunan dari
pernikahan tersebut. Istri yang keempat adalah Nyai Aisyah, seorang
puteri penghulu Ajengan di Cianjur. Dari pernikahan ini KH. Ahmad Dahlan
mendapatkan seorang keturunan. Semua pernikahan yang dilakukan KH.
Ahmad Dahlan bukan tanpa alasan. Hal tersebut beliau lakukan karena
alasan agama dan dakwah. Tidak lebih dari pada itu. Sosok KH. Ahmad
Dahlan adalah sosok yang sangat memahami agama. Disamping itu KH. Ahmad
Dahlan masih tetap menghormati dan menjaga perasaan Siti Walidah sebagai
istri pertama. Meskipun Siti Walidah tidak pernah melarang KH. Ahmad
Dahlan untuk menikah lagi. Penutup Apa yang dilakukan oleh KH. Ahmad
Dahlan jelas merupakan warisan yang tiada terkira. Semua usaha yang
dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan bisa dinikmati hingga anak cucu kita
kelak. Sekolah mulai dari tingkat pendidikan usia dini hingga tingkat
Pascasarjana dapat diakses berkat Muhammadiyah. Belum lagi amal usaha
lainnya seperti Panti Asuhan, Rumah Sakit, Lembaga Amil Zakat dan lain
sebaginya. Tidak sedikit pula tokoh nasional yang lahir dari
Sekolah-Sekolah dan Organisasi bernama Muhammadiyah. Satu hal yang harus
selalu diingat bahwa KH. Ahmad Dahlan pernah berpesan pada keluarganya
dan juga sebagai pesan kepada seluruh warga Muhammadiyah "Aku titipkan
Muhammadiyah kepadamu. Hidup-hidupilah Muhammadiyah, Jangan mencari
penghidupan di Muhammadiyah".
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fikar/kh-ahmad-dahlan-sang-pencerah-pendiri-muhammadiyah_55193c878133111c759de0cf
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fikar/kh-ahmad-dahlan-sang-pencerah-pendiri-muhammadiyah_55193c878133111c759de0cf
No comments:
Post a Comment