Pokok Pemikiran KH Ahmad Dahlan
Berdirinya Muhammadiyah tidak dapat lepas dari pribadi pendirinya yaitu KH Ahmad Dahlan. Sebelum membahas lebih jauh tentang pokok-pokok pemikiran dan perspektif keagamannya, lebih dulu saya uraikan singkat tentang beliau.
KH Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman Yogyakarta tahun 1285 H/1869 M. Ayahnya bernama KH Abu Bakar, seorang khatib Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Bila silsilahnya dirunut lebih jauh, maka ditemukan keterangan bahwa ia adalah keturunan Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada 8 April 1418 M., yang disemayamkan di Gresik.
Adapun bila dilihat dari latar belakang pendidikannya, KH Ahmad Dahlan dapat dikatakan tidak pernah memasuki sekolah secara formal. Lalu dari mana perspektif keagamaan dan wawasan keilmuan yang dimilikinnya ia peroleh? Perspektif keagamaan dan keilmuannya sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, hasil belajar yang ia lakukan secara mandiri. Kemampuan membaca dan menulis sebagai persyaratan belajar dalam otodidaknya diperoleh dari keseriusan belajar di bawah asuhan dan bimbingan ayahannya, sahabat, dan saudara-sudara iparnya. Menjelang dewasa, Kyai belajar ilmu fikih kepada KH Muhammad Shaleh, dan belajar ilmu nahwu kepada KH Muhsin dan seorang guru lain, yaitu KH Abdul Hamid. Sementara itu, keahliannya dalam ilmu falaq diperoleh dari berguru kepada KH R. Dahlan , salah seorang putra Kyai Termas. Sedangkan ilmu Hadis yang dikuasainya diperoleh dari KH Mahfud dan Syeikh Khayat.
Pada usia 22 tahun (1890) KH Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji. Kesempatan menunaikan ibadah haji tersebut ia pergunakan sebaik-baiknya untuk belajar pada seorang guru yang bernama Imam Syafi'i Sayid Bakir Syantak di Mekah, selama kurang lebih 2 tahun. Pada tahun 1903 , untuk kedua kalinya Kyai menunaikan ibdah haji bersama putranya : Siraj Dahlan yang masih berumur 13 tahun. Selama 1,5 tahun mereka bermukim di Mekah untuk memperdalam ilmu fiqih dan ilmu hadis. Di samping berguru selama 1,5 tahun di Mekah ia memanfaatkan waktunya untuk belajar dan menguasai berbagai buku dan kitab-kitab yang cukup banyak baik buku yang membahas tentang ilmu kalam dan ilmu fiqih maupun ilmu tasawuf.
Adapun buku ilmu kalam yang ia pelajari ketika itu adalah buku-buku yang berhaluan ahlus sunnah wal jamaah yang mengandung pemikiran filosofis. Sementara buku fiqihnya adalah karya-karya Imam Syafi'i. Sementara untuk kitab tasawufnya ia memilih kitab-kitab yang ditulis Imam Ghazali dan kitab-kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Abduh dan Ibnu Taimiyah. Kecuali itu, ia juga pernah bertemu dengan Syeikh Muhammad Rasyid Ridho. Kesempatan pertemuan ini ia manfaatkan untuk berdiskusi dengannya tentang gerakan pembaharuan dalam Islam.
Lalu, bagaiman pokok-pokok pemikiran dan perspektif keagamaannya? Sesungguhnya tidak banyak naskah tertulis dan dokumen yang dapat dijadikan bahan untuk mengkaji dan merumuskan pokok-pokok pemikiran dan perspektif keagamaan KH Ahmad Dahlan. Naskah yang agak lengkap terdapat dalam penerbitan Hoofbestuur Taman Pustaka pada tahun 1932 M, sesaat setelah Kyai wafat. Menurut Majelis Taman Pustaka bahwa naskah di atas sesungguhnya merupakan buah pemikiran orisinil KH Ahmad Dahlan.
Adapun isi dari pokok-pokok pemikiran dan perspektif keagamaan KH Ahmad Dahlan berdasarkan dengan sumber dan bahkan yang disebut di atas adalah sebagai berikut :
- Dalam bidang Akidah, pandangan KH Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan dan pemikiran ulama salaf.
- Menurut perspektif KH Ahmad Dahlan, bahwa beraga adalah beramal. Artinya, bahwa beragama itu berkarya dan berbuat sesuatu: melakukan tindakan sesuai dengan isi pedoman al-Qur'an dan Sunnah. Dalam pengertian ini, orang yang beragama adalah orang yang menghadapkan jiwa dan hidupnya hanya dengan kepada Allah Swt., yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan, seperti rela berkorban, baik dengan harta benda miliknya atau dengan ilmunya, dan bekerja dalam berbagai segi kehidupan hanya karena dan untuk Allah semata.
- Dasar pokok (sumber pokok) hukum Islam menurut KH Ahmad Dahlan adalah al-Qur'an dan Sunnah. Jika dari keduanya tidak diketemukan kaidah hukum yang eksplisit, maka ditentukan berdasarkan kepada penalaran dengan mempergunakan kemampuan berpikir logis (akal pikiran) serta ijma' dan qiyas.
- Dalam pandangan KH Ahmad Dahlan terdapat 5 jalan untuk memahami al- Qur'an, yaitu : mengerti artinya, memahami maksudnya (tafsir), selalu bertanya pada diri sendiri, apakah larangan agama yang telah diketahui telah ditinggalkan dan apakah perintah agama yang dipelajari sudah dikerjakan atau belum, tidak mencari ayat lain sebelum isi ayat sebelumnya dikerjakan.
- KH Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud konkrit dari hasil penerjemahan al-Qur'an dan organisasi adalah wadah tindakan nyata tersebut. Untuk memperoleh pemahaman demikian, orang Islam harus selalu memperluas dan mempertajam kemampuan akal pikiran dengan ilmu logika atau ilmu mantik (mantiq)
- Sesuai dengan dasar pemikiran bahwa sesorang itu perlu suka dan bergembira, maka orang tersebut harus yakin bahwa mati adalah bahaya, akan tetapi lupa kematian merupakan bahaya yang jauh lebih besar dari kematian itu sendiri. Disamping itu, kyai menyatakan selanjutnya, bahwa harus ditanamkan dalam hati seseorang ghirah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral dan ikhlas dalam beramal.
- Kunci persoalan kehidupan adalah peningkatan kualitas hidup dan kemajuan yang sedang berkembang dalam tata kehidupan masyarakat ( dalam kaitannya dengan pandangan ini kyai menyampaikan pesan kepada umat untuk menjadi insinyur, guru, master dan untuk kembali berjuang dalam Muhammdiyah)
- Pembinaan generasi muda (kader) dilakukan kyai dengan jalan interaksi langsung. Untuk melaksanakan teorinya tersebut, kyai mendirikan kepanduan yang selanjutnya diberi nama Hisbul-Wathan(HW)
- Strategi menghadapi perubahan sosial akibat modernisasi adalah merujuk kepada al-Qur'an, menghilangkan sikap fatalisme, dan sikap taqlid. Strategi tersebut dilaksanakan dengan menghidupkan kiwa dan semangat ijtihad melalui peningkatan kemampuan berpikir logis-rasional dan mengkaji realitas sosial.
Bila dilihat secara seksama tentang latar belakang pendidikan KH Ahmad Dahlan dan beberapa pokok pemikiran dan perspektif keagamannya di atas, maka dapat dikatakan bahwa ada dua faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk pribadi KH Ahmad Dahlan. Dua faktor tersebut adalah faktor internal di satu sisi dan faktor eksternal di sisi lain. Fakor internal nya berupa motivasi dan keseriusannya dalam belajar dan mendalami berbagai ilmu, seperti ilmu hadist hadist, ilmu fiqih, ilmu falaq, ilmu kalam, dan ilmu tasawuf. Sedangkan untuk faktor eksternalnya berupa bimbingan yang selama ini ditekuninya.
Sumber : Lembaga Studi Islam (LSI), 1998. Studi Kemuhammadiyahan, kajian historis, ideologi dan organisasi. Surakarta
No comments:
Post a Comment